Dalam mitologi Yunani, orang-orang percaya pada makhluk legendaris bernama Aspidochelone, yang berupa kura-kura raksasa atau paus. Di punggungnya, makhluk ini membentuk sebuah pulau yang dilengkapi hutan liar dan bebatuan, menciptakan rasa penasaran yang mendalam. Hingga kini, kemisteriusan pulau ini tetap terjaga.
Mitos dan Deskripsi
Tradisi Physiologus Yunani menggambarkan Aspidochelone sebagai makhluk laut yang bisa berupa paus, kura-kura, atau bahkan kepiting, berukuran setara dengan pulau. Dalam penelitiannya, John McCarthy, arkeolog maritim di Flinders University, Australia, menemukan hubungan menarik antara makhluk ini dan perilaku makan paus. Ia menjelaskan bahwa sosok Hafgufa, yang juga bagian dari mitologi ini, menyerupai cara ikan paus berburu dengan membuka mulut lebar-lebar di permukaan air.
Perilaku Makan Paus
Paus bungkuk (Megaptera novaeangliae) dan paus Bryde (Balaenoptera brydei) menunjukkan perilaku makan yang menarik. Mereka menunggu dengan mulut terbuka, menarik kawanan ikan yang tidak curiga ke dalam perangkap maut. “Begitu kami mulai menyelidiki lebih jauh, kami melihat kesejajaran yang sangat mencolok,” ungkap McCarthy.
Sumber Sejarah
Hafgufa, yang berarti “kabut laut,” muncul dalam manuskrip abad ke-13 berjudul “Konungs skuggsjá” atau “Cermin Raja.” Teks ini ditulis untuk Raja Norwegia Hákon Hákonarson. Setelah peneliti menelusuri lebih jauh, mereka menemukan bahwa deskripsi ini berasal dari teks asal Aleksandria pada abad kedua Masehi. Dalam catatan tersebut, makhluk ini dikenal sebagai salah satu Physiologus, yang diidentifikasi sebagai makhluk mirip paus.
Pengetahuan Pelaut Abad Pertengahan
Lauren Poyer, asisten profesor di Universitas Washington, menjelaskan bahwa pelaut Norse adalah navigator ulung. Mereka memahami pasang surut, arus, dan pola gelombang dengan baik, menunjukkan kedekatan mereka dengan laut. Meskipun demikian, beberapa catatan abad pertengahan menggambarkan pelaut yang mendaratkan kapal mereka dan menyalakan api di punggung Hafgufa, menjadikannya sebagai pulau.
Penyalahgunaan Sumber dan Mitologi
Pada abad ke-18, penulis mulai mengaitkan makhluk ini dengan leviathan, kraken, atau bahkan putri duyung. Poyer menyebut ini sebagai “penyalahgunaan sumber abad pertengahan.” Dalam manuskrip Norse, Hafgufa mengeluarkan aroma yang menarik ikan. Studi baru menunjukkan bahwa aroma ini mungkin mirip dengan bau kubis busuk yang timbul saat paus sedang makan.
Kesimpulan
Kemisteriusan Pulau Aspidochelone tetap menarik bagi ilmuwan dan peneliti. Mitos dan kenyataan sering kali saling bertautan dalam legenda ini, menggugah rasa penasaran kita akan dunia yang tidak sepenuhnya kita pahami. Melalui penyelidikan lebih lanjut, kita mungkin dapat menemukan lebih banyak petunjuk mengenai makhluk legendaris ini dan mengungkap misteri yang menyelimutinya. Dalam pencarian ini, kita diingatkan bahwa meski banyak yang tidak ada di peta, kisah-kisah lama terus hidup dan menginspirasi kita untuk menjelajahi lautan pengetahuan yang lebih dalam.