Pada 9 Oktober 2024, sebuah tengkorak manusia bertanduk yang berasal dari Nagaland, India, memicu kehebohan. Rumah Lelang Swan Fine Art di Oxfordshire, Inggris, berencana menjual tengkorak tersebut bersama lebih dari 20 item lainnya yang melibatkan sisa-sisa manusia. Namun, beberapa jam sebelum lelang dimulai, lelang tengkorak itu dibatalkan setelah menuai kecaman keras.
Penjualan Tengkorak Menuai Kontroversi
Tengkorak ini diduga berasal dari seorang manusia naga bertanduk, yang terkait dengan tradisi tertentu dalam budaya Naga. Penjualan tengkorak ini langsung memicu protes dari masyarakat Naga dan berbagai kelompok lainnya. Forum Rekonsiliasi Naga (FNR) mengkritik keras praktik tersebut, menyebutnya sebagai tindakan yang tidak manusiawi. Mereka merasa bahwa orang seharusnya tidak memperlakukan sisa-sisa leluhur ini sebagai barang kolektor.
FNR juga mengatakan bahwa penjualan tengkorak ini merupakan bagian dari praktik kolonial yang terus berlanjut. Mereka menuduh keturunan penjajah Eropa terus mengeksploitasi warisan budaya Pribumi. FNR lebih lanjut menyatakan, “Ini menunjukkan impunitas yang mereka nikmati,” dalam pernyataannya.
Seruan untuk Kembalikan Jenazah Leluhur
Kepala Menteri Nagaland, Neiphiu Rio, juga mengungkapkan rasa kecewanya terhadap rencana pelelangan. Ia mengirimkan surat kepada Menteri Luar Negeri India, S. Jaishankar, untuk meminta pemerintah India campur tangan. Rio menegaskan bahwa sisa-sisa manusia adalah milik masyarakat dan tanah mereka, dan penjualan ini merupakan “kekerasan kolonial yang berkelanjutan.” Dengan demikian, ia mendesak pemerintah untuk segera mengambil tindakan.
Masalah perdagangan sisa-sisa manusia ini semakin mendapat perhatian internasional. Semakin banyak negara yang menyerukan pemulangan jenazah leluhur dari negara bekas jajahan. Para ahli menilai bahwa praktik ini mencerminkan kurangnya penghormatan terhadap warisan budaya manusia.
Penjualan Sisa-Sisa Manusia: Isu Moral Global
Dr. Dolly Kikon, seorang antropolog dari Nagaland, juga mengkritik keras penjualan tengkorak ini. Dalam wawancara dengan The Independent, ia bertanya, “Kenapa kita melarang penjualan hewan langka, tetapi tidak ada larangan untuk sisa-sisa manusia?” Pertanyaan ini menyoroti ketidakselarasan dalam perlakuan terhadap benda yang memiliki nilai historis dan budaya yang mendalam.
Pada 9 Oktober 2024, sebuah tengkorak manusia bertanduk yang berasal dari Nagaland, India, memicu kehebohan. Rumah Lelang Swan Fine Art di Oxfordshire, Inggris, berencana menjual tengkorak tersebut bersama lebih dari 20 item lainnya yang melibatkan sisa-sisa manusia. Namun, beberapa jam sebelum lelang dimulai, lelang tengkorak itu dibatalkan setelah menuai kecaman keras.
Pemulangan Sebagai Prioritas
FNR menekankan bahwa pemulangan jenazah leluhur manusia Naga harus menjadi prioritas utama. Mereka berharap pemerintah India dan masyarakat internasional akan bekerjasama untuk mengembalikan sisa-sisa manusia ini ke tanah asalnya dan mencegah terulangnya praktik serupa di masa depan. Lebih lanjut, mereka mendesak agar pemulangan jenazah menjadi bagian dari usaha global untuk menghormati warisan budaya masyarakat Pribumi.
Penjualan tengkorak ini mengingatkan kita akan pentingnya menghormati warisan budaya dan sejarah umat manusia. Isu pemulangan sisa-sisa leluhur akan terus menjadi bagian penting dari diskusi global tentang hak-hak masyarakat Pribumi dan perlakuan terhadap tubuh manusia.