Gurun Sahara, salah satu tempat terkering di dunia yang terletak di tenggara Maroko, baru-baru ini mengalami perubahan dramatis. Biasanya, wilayah ini jarang menerima hujan, tetapi beberapa badai baru-baru ini membawa hujan lebih banyak daripada yang tercatat dalam beberapa dekade. Akibatnya, sungai dan laguna muncul di tengah gurun yang biasanya kering dan gersang.
Curah Hujan yang Mencengangkan
Gurun Sahara hanya menerima kurang dari 250 milimeter hujan per tahun. Namun, hujan lebat yang terjadi pada bulan lalu jauh melebihi rata-rata curah hujan tahunan beberapa wilayah, termasuk Tata. Manajer Komunikasi Departemen Meteorologi Maroko, Houssine Youabeb, menjelaskan bahwa curah hujan ekstrem ini jarang terjadi. “Kami pernah melihat hujan deras dalam waktu singkat, tetapi ini pertama kali terjadi dalam lebih dari 50 tahun,” ujar Youabeb.
Di Tagounite, sebuah desa sekitar 451 kilometer dari Rabat, curah hujan dalam 24 jam mencapai lebih dari 100 milimeter. Sebelumnya, Maroko mengalami kekeringan selama enam tahun berturut-turut. Fenomena hujan lebat ini mengubah lanskap Gurun Sahara dan memunculkan sungai serta laguna yang tak terduga.
Salju di Gurun Sahara
Fenomena hujan lebat bukanlah satu-satunya keanehan yang terjadi di Sahara. Pada Januari 2022, salju turun di Gurun Sahara, sebuah kejadian langka yang diabadikan oleh fotografer Karim Bouchetata di kota Ain Sefra, Aljazair. Ketika itu, suhu di Aljazair turun hingga -2 derajat Celsius, menyebabkan salju menutupi pasir. Ini menjadi kejadian kelima dalam 42 tahun terakhir, setelah sebelumnya salju turun pada tahun 1979, 2016, 2018, dan 2021.
Ain Sefra, yang dikenal sebagai “Gateway to the Desert“, terletak 3.000 kaki di atas permukaan laut dan dikelilingi Pegunungan Atlas. Salju yang turun menutupi gurun yang panas dan kering, menciptakan pemandangan yang tidak biasa.
Gurun Sahara: Dulu Hijau, Kini Kering
Meskipun kita mengenal Gurun Sahara sebagai wilayah yang kering dan gersang, sejarah iklimnya sangat berbeda. Studi yang dipublikasikan di jurnal Science Advances mengungkapkan bahwa sekitar 8.000 tahun lalu, Sahara pernah menjadi daerah subur yang penuh dengan tanaman hijau. Peneliti dari University of Arizona menemukan bahwa curah hujan di Sahara dahulu bisa 10 kali lebih banyak daripada sekarang. Saharanya yang dulunya hijau dan basah jauh berbeda dengan gurun yang kita kenal hari ini.
Perubahan Iklim dan Masa Depan Sahara
Peningkatan curah hujan yang ekstrem ini menjadi tanda bahwa perubahan iklim mungkin sudah memengaruhi kawasan ini. Para ilmuwan terus mengamati fenomena ini, karena perubahan cuaca yang tiba-tiba di wilayah gurun dapat memperlihatkan perubahan yang lebih besar di seluruh dunia. Badai yang lebih kuat dan hujan yang lebih lebat bisa menjadi hal yang lebih umum terjadi di masa depan.
Sahara yang Tak Terduga
Gurun Sahara selalu dikenali sebagai tempat yang panas dan gersang. Namun, hujan yang melimpah dan salju yang turun mengingatkan kita bahwa alam sering kali mengejutkan kita dengan perubahan yang tak terduga. Fenomena seperti ini menunjukkan betapa kompleks dan dinamisnya iklim bumi kita. Kita tidak bisa menebak perubahan yang mungkin terjadi, bahkan di tempat-tempat yang tampaknya paling stabil.