Gunung Everest, puncak tertinggi di dunia dengan ketinggian mencapai 8.848 meter, menarik banyak pendaki gunung. Namun, mendaki Everest datang dengan risiko kesehatan yang serius bagi tubuh manusia. Berikut ini adalah apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh saat menaklukkan ketinggian ekstrem ini.
Tantangan Ketinggian
Di permukaan laut, tubuh kita mendapatkan cukup oksigen untuk berfungsi dengan baik. Namun, di ketinggian seperti puncak Everest, oksigen hanya sekitar 40% dari kadar di permukaan. Ini menciptakan tantangan besar bagi tubuh.
Zona Kematian
Di atas 8.000 meter, pendaki memasuki apa yang disebut “zona kematian”. Di sini, kekurangan oksigen bisa menyebabkan:
- Kekurangan Oksigen: Otak dan paru-paru mengalami kekurangan oksigen, meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
- Penyesuaian Tubuh: Tubuh berusaha menyesuaikan diri dengan meningkatkan produksi hemoglobin, komponen darah yang mengangkut oksigen.
Dampak Fisiologis
- Detak Jantung: Kekurangan oksigen membuat detak jantung melonjak hingga 140 denyut per menit, yang dapat menambah risiko serangan jantung.
- Pengentalan Darah: Peningkatan hemoglobin dapat mengental darah, menyulitkan jantung untuk memompa darah dan meningkatkan risiko stroke serta penumpukan cairan di paru-paru.
Proses Pendakian
Pendaki biasanya harus melakukan beberapa perjalanan dari Everest Base Camp ke ketinggian yang lebih tinggi untuk membantu tubuh beradaptasi. Setiap perjalanan berturut-turut membantu tubuh membangun lebih banyak hemoglobin untuk menghadapi kekurangan oksigen.
Kesimpulan
Mendaki Gunung Everest memerlukan persiapan yang sangat matang karena tubuh harus menghadapi kondisi ekstrem. Setiap pendaki harus siap untuk risiko kesehatan yang serius dan memahami bahwa tubuh mereka akan menghadapi tekanan yang sangat berat di ketinggian ini.
Puncak Everest bukan hanya tantangan fisik tetapi juga ujian ekstrem bagi ketahanan tubuh manusia.