Tsunami Tonga, yang melanda pekan lalu, mengejutkan dunia dengan dampak yang luar biasa. NASA menyebutkan bahwa letusan gunung api yang memicu tsunami ini jauh lebih kuat daripada bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, pada Perang Dunia II. Letusan ini menghancurkan pulau vulkanis di dekat ibu kota Tonga, Nuku’alofa, dan merubah peta wilayah tersebut.
Pulau yang Hancur dalam Sekejap
Letusan berasal dari gunung api bawah laut Hunga Tonga-Hunga Ha’apai, yang terdiri dari dua pulau yang sebelumnya terpisah, lalu menyatu membentuk daratan baru pada 2015. Namun, kekuatan letusan kali ini menghapus semua daratan baru tersebut dan meruntuhkan dua pulau yang terbentuk.
Menurut NASA, letusan ini memicu tsunami besar dan menyebarkan abu vulkanis serta gas ke seluruh wilayah. Dampaknya sangat besar bagi pemerintah Tonga, yang kini berjuang menangani bencana ini.
Lebih dari 80% Penduduk Terdampak
Tsunami dan abu vulkanis telah mempengaruhi lebih dari empat perlima penduduk Tonga. Setidaknya tiga orang tewas akibat tsunami ini. Banyak warga yang kehilangan rumah dan barang-barang mereka.
Pemerintah Tonga sempat khawatir abu vulkanis mencemari sumber air bersih, yang bisa memicu wabah penyakit seperti kolera dan diare. Namun, pengujian terbaru menunjukkan bahwa air tanah dan air hujan tetap aman untuk diminum. Meski demikian, abu vulkanis dan emisi gas masih berisiko menyebabkan masalah kesehatan, seperti gangguan pernapasan dan iritasi pada mata serta kulit.
Evakuasi dan Bantuan Darurat
Pulau Mango, yang paling parah terdampak, harus menampung 62 orang yang dievakuasi ke pulau Nomuka. Mereka kehilangan rumah dan semua barang mereka. Namun, pasokan makanan dan kebutuhan dasar di Nomuka terbatas, sehingga banyak warga yang harus dipindahkan kembali ke pulau utama, Tongatapu.
Regu penyelamat telah mendirikan rumah sakit lapangan di Nomuka. Klinik yang ada sebelumnya tersapu tsunami. Bantuan dari luar negeri mulai mengalir, dengan Selandia Baru dan Australia memimpin upaya tanggap darurat. Mereka mengirimkan air bersih, makanan, peralatan kebersihan, serta alat-alat untuk memperbaiki infrastruktur.
Masalah Komunikasi dan Pemulihan Infrastruktur
Setelah letusan, Tonga terputus dari dunia luar selama lima hari akibat kabel serat optik yang putus. Meskipun saluran telepon internasional telah dipulihkan, masalah komunikasi antara pulau utama dan pulau-pulau terluar masih menjadi kendala. Pemerintah Tonga berencana memperbaiki kabel internet yang rusak dalam beberapa minggu ke depan.
Kedatangan bantuan internasional membantu mempercepat aliran informasi dan distribusi bantuan. Meski begitu, Tonga yang bebas dari pandemi Covid-19 meminta agar pekerja bantuan asing tidak mendarat di wilayah mereka untuk menghindari penyebaran virus. Meskipun demikian, kerusakan besar kemungkinan akan memaksa masuknya bantuan asing.
Pelajaran dari Tsunami Tonga
Tsunami Tonga mengingatkan kita akan kekuatan alam yang luar biasa. Bencana ini mengubah hidup banyak orang dalam sekejap. Namun, solidaritas internasional dan ketangguhan penduduk Tonga memberi harapan bahwa mereka akan bangkit kembali.
Bencana ini juga mengajarkan kita pentingnya persiapan dalam menghadapi bencana alam. Dengan bantuan internasional, Tonga akan pulih dan kembali bangkit.